Berita Hangat :
Home » » Hasil Penelitian Geografi "Dampak Siswa yang Terlambat Sekolah Terhadap Prestasi Belajar di SMAN 1 Telagasari"

Hasil Penelitian Geografi "Dampak Siswa yang Terlambat Sekolah Terhadap Prestasi Belajar di SMAN 1 Telagasari"

Written By SPAM SMANET on Kamis, 13 Februari 2014 | 11.21


Logo SMAN 1 Telagasari

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental melingkupinya yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting dalam pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus masuk akal dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa SMA Negeri 1 Telagasari, maka pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Telagasari sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam 07.00 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar meliputi penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMAN 1 TELAGASARI”
1.2  Perumusan Masalah
1.      Apakah faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa?
2.      Apakah sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat?
3.      Bagaimana solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat?

1.3  Tujuan Penelitian
1.      Untuk memenuhi tugas Geografi
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa.
3.      Untuk mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
4.      Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat

1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1        Bagi Siswa
1.      Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah, terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2.      Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

1.4.2        Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang terlambat.
1.4.3        Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke sekolah.
1.4.4        Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
 
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press. Sedangkan “sekolah” adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press. Dan pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah “Refers to students coplying with a code of behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis ( Phsychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1)      Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2)      Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.
3)      Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh sekolah
4)      Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) Ensure the safety of staff and students, and (2) Create an environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of discipline, once the need for it is determined, should be to help students accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1.      Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.
2.      Akibat atau sanksi yang menjadi tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3.      Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2.      Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya.
3.      Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin, diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.


2.2  Kerangka Teoritis
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
§  James Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
§  Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§  Bruce J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
§  Paul B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
§  Lewis Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1.      Penyimpangan sebagai hasil sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2.      Penyimpangan dari sosialisasi yang tidak sempurna.

Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”, sebab-sebab penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1)      Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2)      Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan).

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1.      Penyimpangan primer dan sekunder
·         Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
·         Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus datang terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus menyontek pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).
2.      Perilaku menyimpang menurut pelakunya
·         Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya. Penyimpangan perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya adalah sebagai berikut:
-          Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
-          Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
-          Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku.
-          Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
-          Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
·         Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1)      Penyimpangan harus dapat didefinisikan.
2)      Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
3)      Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
4)      Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal.
5)      Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan.
6)      Penyimpangan bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:
1.      Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial.
2.      Penyimpangan yang bersifat negatif.
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial itu.

Teori-teori penyimpangan sosial:
a)      Teori Differential Association (kelompok yang berbeda)
Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok dan budaya.
b)      Teori Labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya julukan membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif. Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai  dan norma dan berfungsi sebagai suara hati. 
c)      Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan yang menyimpang, yaitu:
1)      Konformitas
2)      Inovasi
3)      Ritualisme
4)      Retrealisme (pengunduran diri)
5)      Rebellion (pemberontakan)
d)     Teori Fungsi
Dikemukakan oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-akar penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan upaya untuk menghentikan atau paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.
BAB III
METODOLOGI

3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur penulisan yag menghasilkan data data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.

3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Telagasari, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 12 Oktober –  26 Oktober 2013.

3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Telagasari yang sering datang terlambat ke sekolah.

3.5  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan metode wawancara dan penyebaran angket. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara  (disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel (2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based interview can be seen as a situation where the interview-interviewee interaction on a task is regulated by a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain, Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data gathering strategy for the original project because it was felt that potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best context for assesistry and probing for presence of three models of thinking (mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.


3.6  Teknik Analisa Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Telagasari.  Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai “dampak siswa yang terlambat sekolah terhadap prestasi belajar di SMA Negeri 1 Telagasari”. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti, peneliti melakukan wawancara dan penyeberan angket sebagai metode penelitian utama secara mendalam kepada siswa-siswi di SMA Negeri 1 Telagasari.
Wawancara dan penyebaran angket yang dilakukan adalah tentang seputar faktor-faktor penyebab keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat serta solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan menganalisa dan membahas data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan penelitian.
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN






No
Hari/Tanggal
Nama Siswa
Jabatan
1
Selasa / 22 Oktober 2013
Ida Widianingsih,S.Pd
Guru Piket
2
Selasa / 22 Oktober 2013
Siti Halimah
Siswi
3
Selasa / 22 Oktober 2013
Neneng R Aulia
Siswi
4
Selasa / 22 Oktober 2013
Willy Kurniansya
Siswa
5
Selasa / 22 Oktober 2013
Sri Wahyuni
Siswi
(Sumber: Arsip peneliti,2013)








Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses wawancara dan penyebaran angket, maka pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:
4.1. Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Telagasari masih belum bisa beradaptasi dengan jam masuk sekolah pukul 7.00 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang terlambat seperti jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor bocor,  dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban motor bocor serta belum ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya terlambat.”  
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Marshitoh bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin lagu atau menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya datang terlambat karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman untuk pergi bareng”.


4.2. Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima siswa SMA Negeri 1 Telagasari yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari dikurung di luar pagar,  mengisi buku hukum, berdiri di lapangan voli, mencabut rumput, mengutip sampah yang ada di pekarangan sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang tuanya datang ke sekolah. 

4.3. Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa saja menjadi buyar.
Untuk itu,  dari penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1.      adanya pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2.      Adanya peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3.      Peran orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat. Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak terlambat.
4.      Yang paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam  memanfaatkan waktu. Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak adanya kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat pada waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa SMA Negeri 1 Telagasari masih rendah. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang terlambat setiap harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat, mulai dari sanksi yang ringan seperti mencabut rumput, mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan sekolah dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran tentang materi yang sedang dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata pelajaran jam pertama.




B.     Saran
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1.      Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka;
2.      Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3.      Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;

DAFTAR PUSTAKA

·         www.google.com
·         Zuhro. Sosiologi SMA Kelas X. 2007. Jakarta : penerbit Yudistira.
·         Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Penerbit Ita.
·         Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
·         Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan Laporan Penelitian.
·         Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
·         Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
·         Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
·         Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
·         Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
·         STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press
·         WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press
·         WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford University

Share this post :

+ komentar + 12 komentar

Nisa
13 Februari 2014 pukul 12.22

Terimakasih! Sangat membantu saya untuk mengerjakan tugas.

10 April 2015 pukul 10.40

makasih . . .

Anonim
5 April 2018 pukul 15.09

nuhuns

27 Oktober 2018 pukul 20.59

makasih kak., artikelnya sangat membantu

17 Februari 2020 pukul 15.17

Terima kasih atas semuanya kak.sangat membantu sekali untuk kamu meneliti di sekolah kami

17 Februari 2020 pukul 15.18

"kami"

17 Februari 2020 pukul 15.18

"kami"

17 Februari 2020 pukul 15.18

"kami"

28 April 2020 pukul 12.40

terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi website kami www.schoolmantic.com

7 November 2021 pukul 21.39

Mau bertanya nih kak,apa alasan Kaka memilih permasalahan ini, dalam penelitian kakk?

Posting Komentar

 
Support : SMAN 1 TELAGASARI | X MIA 6 | Admin
Copyright © 2014. SPAM SMANET - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger