PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Berbicara tentang sistem pendidikan
dengan berbagai lembaga yang menyertainya ibarat membicarakan gelombang air
laut yang tiada hentinya. Asumsi ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang
bisa ditinjau di dalamnya serta banyak pula persoalan fundamental melingkupinya
yang nota bene membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan
tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa
mempunyai peran yang penting dalam pembangunan bangsa dan negara, karena mereka
merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat membangun dan menghasilkan
karya-karya yang berguna bagi negara. Di tangan siswa inilah bagaimana
perkembangan suatu negara ditentukan. Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan
berkualitas secara intelektual, mental dan spiritual akan mampu berkompeten
dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga kelangsungan
dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah
atau siswa sangat penting diperhatikan, adanya peraturan-peraturan yang jelas
dan terarah sangat mempengaruhi anak pada masa dewasanya nanti. Kedisiplinan
pada siswa harus dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus masuk akal
dan adanya konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku
sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika
kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa SMA Negeri 1 Telagasari, maka
pihak sekolah pertama kali perlu menertibkan siswa yang terlambat sekolah.
Untuk itu, kedisiplinan adalah hal yang penting dan merupakan ciri kepribadian
seseorang untuk meraih kesuksesan. Perlu diketahui bahwa di SMA Negeri 1
Telagasari sudah mempunyai tata tertib yang akan mendisiplinkan siswa yang
terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan siswa yang terlambat haruslah tegas
dan mendidik, dengan begitu siswa diharapkan tidak akan terlambat lagi datang
ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
masih banyak siswa yang sering terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan
siswa datang sebelum jam 07.00 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang
datang lewat jam tersebut. Banyaknya siswa yang terlambat mengakibatkan kurang
lancarnya proses kegiatan belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut
bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang
sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah,
masalah transportasi, bangun kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti
inilah yang sering dikemukakan siswa ketika datang terlambat pada saat jam
pelajaran pertama sudah dimulai. Namun, apapun alasan para siswa yang datang
terlambat menunjukkan tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh
dibiarkan begitu saja sehingga pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak
baik pada lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka
diperlukan suatu aturan yang tegas yang disertai dengan sanksi yang dapat
membuat siswa menjadi disiplin yang nantinya akan berguna bagi ketertiban
sekolah dan bagi diri siswa itu sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah
dengan mengadakan suatu tindakan disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan
pada saat jam pelajaran dimulai. Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu
dengan melibatkan semua pihak yang terkait yaitu siswa, guru piket, guru
pelajaran jam pertama, wali kelas, guru BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat terutama bagi siswa bahwa keterlambatan dapat mempengaruhi
kedisiplinan siswa yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar di
sekolah. Karena penilaian guru dalam kegiatan belajar meliputi penilaian
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka
judul dalam penelitian ini adalah “DAMPAK
SISWA YANG TERLAMBAT SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMAN 1 TELAGASARI”
1.2 Perumusan
Masalah
1. Apakah faktor-faktor penyebab
keterlambatan siswa?
2. Apakah sanksi yang diterima oleh
siswa yang sering terlambat?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi
siswa yang terlambat?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk
memenuhi tugas Geografi
2.
Untuk
mengetahui faktor penyebab keterlambatan siswa.
3.
Untuk
mengetahui sanksi yang diterima oleh siswa yang terlambat
4.
Untuk
mengetahui solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
1. Siswa dapat hidup disiplin dengan
mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah, terutama pada saat masuk jam
pelajaran pertama.
2. Siswa dapat mengatur waktu pada
semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan
mengajar pada saat pelajaran pertama tanpa terganggu adanya permasalahan siswa
yang sering datang terlambat.
1.4.3 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan
peneliti dalam melakukan penelitian terutama yang berhubungan dengan masalah
siswa yang datang terlambat ke sekolah.
1.4.4 Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang
tertib dan disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian dari “siswa” adalah
seorang anak yang menuntut ilmu menurut STRUK, D.J. (1950) : Lectures on
classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press. Sedangkan “sekolah”
adalah salah satu tempat untuk menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E. (1971) :
Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press. Dan
pengertian dari “terlambat” adalah datang tidak pada waktunya, menurut
WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to Differential Geometry, Oxford
University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha
sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat
mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata
tertib yang berlaku di sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa
terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa
disebut disiplin siswa. Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah “Refers to students coplying with a code of
behavior often known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan
sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian
(standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah
kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai
konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam
bentuk kesalahan perlakuan fisik (Physical maltreatment) dan kesalahan
perlakuan psikologis ( Phsychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan
oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School”
(1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin
sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah
adalah:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya
perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong siswa melakukan yang baik
dan benar.
3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh
sekolah
4) Siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip
pemikiran Moles, Joan Gaustad (1992) mengemukakan: “School discipline has two main goals: (1) Ensure the safety of staff
and students, and (2) Create an environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001)
menyebutkan bahwa : “The goals of
discipline, once the need for it is determined, should be to help students
accept personal responsibility for their actions, understand why a behavior
change is necessary, and commit themselves to change”. Hal senada
dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk
menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di
dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka
siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan
suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Keith Devis mengatakan, “Discipline is
management action to enforce organization standarts”. Dan oleh karena itu
perlu dikembangkan disiplin preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif
adalah upaya menggerakkan siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku.
Sedangkan disiplin korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi
peraturan. Bagi yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan
memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena
pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus
meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan atau tingkah laku yang
diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat atau sanksi yang menjadi
tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk
menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan
keterlambatan siswa, seorang guru hendaknya mampu menumbuhkan disiplin dalam
diri siswa, terutama disiplin diri.
Dalam kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan pola
perilaku untuk dirinya, setiap siswa berasal dari berbagai latar belakang,
karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula. Dalam hal ini guru
harus dapat melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat
menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar
perilakunya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan
sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin,
diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.
2.2 Kerangka
Teoritis
Perilaku menyimpang yang juga biasa
dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha
dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang
menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan
seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum
yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua
tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku
sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di
tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya
seorang siswa yang terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma
atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut devian (deviant).
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial
yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut
para ahli:
§ James
Vander Zenden
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar
orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
§ Robert
M.Z. Lawang
Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang
dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka
yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§ Bruce
J. Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak
berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu dalam masyarakat.
§ Paul
B. Horton
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai
pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
§ Lewis
Coser
Mengemukakan bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu
cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku
menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil
sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang
tidak sempurna.
Menurut Wilnes dalam bukunya
“Punishment and Reformation”, sebab-sebab penyimpangan dibagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut:
1) Faktor subjektif adalah faktor yang
berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor objektif adalah faktor yang
berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1. Penyimpangan primer dan sekunder
·
Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah
penyimpangan yang bersifat sementara (temporer). Orang yang melakukan
penyimpangan primer masih tetap dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena
tidak secara terus-menerus melanggar norma-norma umum.
·
Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah
penyimpangan sosial yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sanksi telah
diberikan kepadanya sehingga para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang
yang berperilaku menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus datang
terlambat ke sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus menyontek
pekerjaan temannya di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku
menyimpang sekunder tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat
(dibenci).
2. Perilaku menyimpang menurut
pelakunya
·
Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya
dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai
penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya. Penyimpangan perilaku
yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya adalah sebagai
berikut:
-
Pembandel, yaitu penyimpangan karena
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
-
Pembangkang, yaitu penyimpangan
karena tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
-
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena
melanggar norma-norma umum yang berlaku.
-
Perusuh atau penjahat, yaitu
penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian
harta benda atau jiwa di lingkungannya.
-
Munafik, yaitu penyimpangan karena
tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak
membela.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok, namun bertentangan dengan
norma masyarakat yang berlaku.
Menurut Paul B. Horton, penyimpangan
sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1) Penyimpangan harus dapat
didefinisikan.
2) Penyimpangan bisa diterima bisa juga
ditolak.
3) Penyimpangan relatif dan
penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata
ataukah budaya ideal.
5) Terdapat norma-norma penghindaran
dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan bersifat adaptif
(menyesuaikan).
Penyimpangan mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan yang bersifat positif
adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma
yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial.
2. Penyimpangan yang bersifat negatif.
Dalam penyimpangan yang bersifat
negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan
berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial itu.
Teori-teori penyimpangan sosial:
a) Teori Differential Association
(kelompok yang berbeda)
Edward H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang
bersumber dari pergaulan yang berbeda, artinya seorang individu mempelajari
perilaku menyimpang dari interaksinya dengan seorang individu yang berbeda
latar belakang asal, kelompok dan budaya.
b) Teori Labelling
Dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini
seseorang menjadi menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap atau
etiket yang ditujukan pada seseorang oleh masyarakat. Mula-mula sifat
penyimpangan primer, tetapi adanya julukan membuat pelaku mengidentifikasi
dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang
terjadi karena id tidak bisa dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan
maupun superego yang tidak aktif. Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau
naluri, ego adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional. Superego
adalah bagian diri yang telah menyerap nilai-nilai dan norma dan berfungsi sebagai suara
hati.
c) Teori K. Merton
Perilaku menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya
ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk
mencapai tujuan budaya tersebut. Menurut K. Merton terdapat lima cara
pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar sampai dengan yang menyimpang,
yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme (pengunduran diri)
5) Rebellion (pemberontakan)
d) Teori Fungsi
Dikemukakan oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa
tercapainya kesadaran moral dari semua anggota masyarakat karena faktor
keturunan, perbedaan lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan
itu selalu ada, sebab orang yang berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan
Durkheim berpandangan bahwa kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat
berkembang secara normal.
Dalam perspektif sosiologi, kajian
perilaku menyimpang dipelajari karena berkaitan dengan pelanggaran terhadap
norma-norma sosial dan nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh
masyarakat. Selain itu, sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali
akar-akar penyebab terjadinya tindakan penyimpangan dan upaya untuk
menghentikan atau paling tidak menahan bertambahnya penyimpangan perilaku
tersebut.
BAB III
METODOLOGI
3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan
studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong,
2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori
dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada
makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembangan.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif yang dapat diartikan sebagai prosedur penulisan yag
menghasilkan data data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku
orang-orang yang diamati. Sedangkan penulisan penelitian ini bersifat
deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu keadaan tertentu secara rinci
disertai dengan bukti.
3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri
1 Telagasari, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 12 Oktober
– 26 Oktober 2013.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan
penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah
tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara
itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok
manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat
dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan
populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang
ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah
sekelompok manusia, binatang, benda atau keadaan dengan kriteria tertentu yang
ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan
dari hasil suatu penelitian.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
dari pupulasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan
sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian. Jadi sampel adalah contoh yang diambil dari sebagain populasi
penelitian yang dapat mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel,
tetapi hasil penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau
kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai
sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek
penelitian berupa sampel yaitu siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Negeri 1
Telagasari yang sering datang terlambat ke sekolah.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan metode wawancara dan
penyebaran angket. Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut pula interview) adalah cara
pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan
subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara
menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai
sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel
(2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based interview can be seen as a
situation where the interview-interviewee interaction on a task is regulated by
a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that
potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both
before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang
dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara
adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang
diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
3.6 Teknik
Analisa Data
Proses analisis data
dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak
sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah
mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu
kemudian dikategorisasikan pada
langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding.
Tahap akhir dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data..
setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah
hasil sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu.
Menurut
Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian
definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang didasarkan oleh data.
Dari
uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data
bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis
data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan
kode, dan mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi
teori substantif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan
menguraikan sejumlah hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Telagasari. Pembahasan yang diteliti
yaitu mengenai “dampak siswa yang
terlambat sekolah terhadap prestasi belajar di SMA Negeri 1 Telagasari”.
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti, peneliti melakukan
wawancara dan penyeberan angket sebagai metode penelitian utama secara mendalam
kepada siswa-siswi di SMA
Negeri 1 Telagasari.
Wawancara
dan penyebaran angket yang dilakukan adalah tentang seputar faktor-faktor
penyebab keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering
terlambat serta solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti
akan menganalisa dan membahas data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti
berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan
penelitian.
Tabel 1.1
DATA WAWANCARA INFORMAN
|
|||||
No
|
Hari/Tanggal
|
Nama Siswa
|
Jabatan
|
||
1
|
Selasa / 22 Oktober
2013
|
Ida Widianingsih,S.Pd
|
Guru Piket
|
||
2
|
Selasa / 22 Oktober 2013
|
Siti Halimah
|
Siswi
|
||
3
|
Selasa / 22 Oktober 2013
|
Neneng R Aulia
|
Siswi
|
||
4
|
Selasa / 22 Oktober 2013
|
Willy Kurniansya
|
Siswa
|
||
5
|
Selasa / 22 Oktober 2013
|
Sri Wahyuni
|
Siswi
|
||
(Sumber: Arsip
peneliti,2013)
|
|||||
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan melalui proses wawancara dan penyebaran angket, maka pembahasan dari
hasil penelitian sebagai berikut:
4.1.
Faktor Penyebab Keterlambatan Siswa
Dari hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan, sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Telagasari masih belum bisa
beradaptasi dengan jam masuk sekolah pukul 7.00 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan
oleh para siswa yang terlambat seperti jarak dari rumah ke sekolah yang jauh,
bangun kesiangan, faktor angkutan umum, ban motor bocor, dan berbagai macam lagi alasan yang diberikan
siswa terlambat. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh syahroni bahwa “saya datang
terlambat ke sekolah karena ban motor bocor serta belum ada bengkel yang buka
pada pagi hari, makanya saya terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain
siswa yang terlambat seperti sebelum berangkat ke sekolah para siswa bermain hp
dulu serta menonton acara tv kesukaan mereka, hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan Marshitoh bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp,
dengerin lagu atau menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya
datang terlambat karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang
menunggu teman untuk pergi bareng”.
4.2.
Sanksi yang Diterima Siswa Terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan,
sanksi yang diterima siswa SMA Negeri 1 Telagasari yang terlambat ada
bermacam-macam, mulai dari dikurung di luar pagar, mengisi buku hukum, berdiri di lapangan voli,
mencabut rumput, mengutip sampah yang ada di pekarangan sekolah serta ada juga
yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil orang tuanya datang ke
sekolah.
4.3.
Solusi mengatasi Siswa yang Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat
datang ke sekolah hampir menjadi pemandangan yang umum. Keterlambatan para
siswa ini tentu saja dapat mengganggu proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung di kelas. Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa saja
menjadi buyar.
Untuk itu, dari penelitian yang telah dilakukan
peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah
adalah:
1. adanya pemberian sanksi yang tegas
dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang melanggar yang diberikan oleh
pihak sekolah.
2. Adanya peran guru yang dapat
memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang terlambat. Karena gimana
siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau gurunya sendiri juga tidak
mengikuti peraturan yang ada.
3. Peran orang tua di rumah juga sangat
diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat. Misalnya dengan mengingatkan
anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar tidak terlambat.
4. Yang paling penting dalam mengatasi
siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari kesadaran siswa itu sendiri untuk
terbiasa mendisiplin diri dalam
memanfaatkan waktu. Karena tidak ada gunanya pemberian sanksi yang tegas
yang diberikan sekolah apabila tidak adanya kesadaran atau keinginan dari siswa
itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat pada waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas,
dapat disimpulkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa SMA Negeri 1 Telagasari
masih rendah. Hal ini dikarenakan masih ada saja siswa yang terlambat setiap
harinya. Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai
macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah
siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan
dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa
ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat
oleh sekolah untuk mengatasi siswa terlambat, mulai dari sanksi yang ringan
seperti mencabut rumput, mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan sekolah
dan sebagainya sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan
pemanggilan orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum
sepenuhnya mampu untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa
terlambat semakin sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajarnya karena dapat mempengaruhi konsentrasi
belajar yang pada akhirnya dapat mengganggu fikiran tentang materi yang sedang
dibahas atau diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata pelajaran
jam pertama.
B.
Saran
Dalam
rangka meningkatkan kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada
beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa
sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap
empatik, menerima, hangat danterbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang
efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan
secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya;
dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
DAFTAR PUSTAKA
· Zuhro. Sosiologi SMA Kelas X. 2007.
Jakarta : penerbit Yudistira.
· Agus Sulistyo dan Adi Mulyono. 2004.
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta : Penerbit Ita.
· Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
· Prasetyo, Bambang. 2001. Penyusunan
Laporan Penelitian.
· Bungin, B. 2007. Penelitian
Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
· Bungin, B. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
· Creswell, J. W. 1998. Qualitatif
Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
· Nasir, Mohammad. Metode Penelitian.
Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
· Sukardi. 2010. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
· STRUK, D.J. (1950) : Lectures on
classical Differential Geomtry, Addison – Wesley Press
· WEATHERBRU, C.E. (1971) :
Differential Geometry Of Three Dimensions, Cambridge University Press
· WILIMORE, T.J. (1959) : An
Introduction to Differential Geometry, Oxford University
+ komentar + 12 komentar
Terimakasih! Sangat membantu saya untuk mengerjakan tugas.
makasih . . .
Terima kasih buat update artikelnya tentang:
TELAT SEKOLAH KENA DENDA
Berita Dunia Islam Santun Terpercaya
Reportase Pendidikan
Kabar Guru Indonesia
Blog IQROZEN
nuhuns
makasih kak., artikelnya sangat membantu
Terima kasih atas semuanya kak.sangat membantu sekali untuk kamu meneliti di sekolah kami
"kami"
"kami"
"kami"
terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi website kami www.schoolmantic.com
Mau bertanya nih kak,apa alasan Kaka memilih permasalahan ini, dalam penelitian kakk?
Posting Komentar