ilustrasi |
Beberapa
gumpalan warna putih dari awan yang bergerak perlahan bercampur dengan biru
cakrawala dilatar belakang, memperindah bauran warna yang tercipta diatas langit Yogyakarta.
Senja sore di Malioboro sangat ramai. Banyak orang yang
sedang duduk-duduk didepan benteng Vredeburg, yang hanya berfoto-foto, dan ada
juga yang sedang berbelanja.
Bayu terlihat sedang asik dengan kamera yang dibawanya.
Kadang, raut wajahnya menunjukan kesenangan dan kadang juga menujukan kesedihan
saat melihat foto-foto yang ada dikameranya.
Biasanya, ia bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam di
Malioboro untuk hunting foto, berlibur, dan lain-lain.
Sore senja
disudut Jogja
Terucap
do'a, kau tahu isi hati ini
Dan bila
itu tak terungkap
Tetap
kunikmati, rasa jatuh cinta
Sendiri…
Suara handphone Bayu berbunyi dan membuyarkan
konsentrasinya. Nada itu masih sama seperti dulu, saat ia masih tersenyum
mendengarnya.
Perempuan bernama Diandra -lah yang membuat Bayu tidak dapat
mengganti nada dering itu. Diandra adalah perempuan yang ia sayang.
Juga perempuan yang telah menghancurkan rasa sayangnya itu.
Bayu mengambil handphone disaku celananya, memencet tombol,
dan menempatkan ditelinga kanannya.
"Hallo, ada apa, Wan?" Bayu memulai pembicaraan.
"Hallo, Bay. Lo ada dimana?"
"Gue di Malioboro, ada apa?" Sahut Bayu.
"Bisa balik ke kosan sekarang, ndak?"
"Mau apa emang?"
"Udah, kesini aja. Gak usah banyak tanya!"
Bayu menutup telepon itu, dan menyimpannya kembali ke saku
celananya. Bayu seringkali menuruti kemauan Irwan, sahabatnya. Karena memang
Irwan lah seorang sahabat yang paling mengerti bagaimana perasaan yang sedang
dialaminya saat ini.
Bayu memasukan kameranya kedalam tas. Lalu menaiki motornya,
menarik gas, dan melaju bersatu dengan kendaraan lain dijalan.
***
"Ada apa sih, lo nyuruh gue kesini buru-buru?"
Tanya Bayu, sedikit emosi. Sambil menaruh tasnya diatas meja dan duduk disebelah
Irwan.
"Bay, lo masih inget sama mantan lo?"
Sekejap suasana menjadi hening. Yang ditanya hanya diam
saja, seperti sedang mengingat lagi masa lalu yang telah lama hilang.
"Mantan yang mana?"
"Yahelah, emang lo punya mantan berapa sih? Diandra, Bay. Diandra! Masih inget?"
Suasana menjadi hening kembali. Bayu terlihat sedang
membayangkan sesuatu yang telah lama ingin ia lupakan. Tapi, sesuatu itu selalu
kembali dan melewat dipikirannya setiap kali dia mendengar sebuah nama "Diandra".
"Bay! Lo dengerin gue ngga, sih?" Irwan dengan
nada keras, membuyarkan lamunan Bayu.
"Eh iya, Wan. Udah ah, gue cape. Gue mau istirahat
dulu" sahut Bayu.
"Eh, bentar dulu. Maen nyelonong aja, sampeyan!"
Irwan seraya menarik tangan Bayu agar kembali duduk.
"Ada apa lagi sih, Wan?"
"Nih, Bay. Tadi pagi, gue ketemu Diandra."
"Hah? Dimana, Wan?" Bayu mengernyitkan dahi.
"Tuh kan. Lo masih inget Diandra, ya? Ngaku deh lo!"
"Iya,masih"
"Bahkan lo pasti masih berharap dia kan?"
Bayu menatap Irwan dengan tajam dan menghela nafas.
"Ndak lah,
Wan!"
Irwan hanya tertawa terbahak-bahak. Puas sekali ia menggoda
sahabatnya itu.
"Mana mungkin kamu ketemu Diandra, Wan..Wan... Wis ah. Aku capek" Bayu beranjak dari kursinya dan melangkah
menuju kamar yang bersebelahan dengan kamar Irwan.
"Dikandani ra
percoyo, yasudah!" Irwan seraya mengambil remot dan memencet-mencet
tombolnya.
***
Keesokan harinya, Bayu berangkat ke sekolah. Biasanya, dia
selalu mengendarai motor sport
merahnya lewat jalan Malioboro.
Pagi-pagi, jalan Malioboro tidak ramai, tapi juga tidak
terlalu sepi. Masih ada orang-orang yang sedang membereskan toko-tokonya, lari
pagi, dan banyak kegiatan lain.
Selewat, Bayu mengingat sosok Diandra. Setiap kali melewat jalan
Malioboro, Bayu selalu mengingat sosok perempuan itu. Banyak kenangan yang
mereka alami bersama di Malioboro.
Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ingin sekali ia
melupakan perempuan itu. Tetapi, terlalu besar perasaan yang ia berikan kepada Diandra, membuat Bayu tidak dapat
melupakannya.
Sampai disekolah, Bayu memarkirkan motornya dihalaman
sekolahnya yang cukup luas.
"Woy!" Tiba-tiba sebuah tepukan tangan mendarat
dipunduk Bayu.
"Eh elo, Wan. Ngagetin aja lo"
"Hehe, sorry,
Bay. Kantin yuk!"
"Iya, bentar." Bayu membuka helmnya dan menyimpan
di kaca spion kanan motornya. "Yuk!"
***
Sekolah Bayu tidak terlalu mewah. Tapi, setiap sudut
disekolah itu sangat bersih. Termasuk kantinnya. Itulah alasan mereka berdua
menyukai kantin ketika disekolah.
Bayu mulai memasuki area kantin sekolah. Bau kantin itu
mengingatkan kembali sosok Diandra. Dulu, Bayu pernah makan dengan Diandra dimeja yang paling pojok. Sampai
sekarang, meja itu masih ada, posisinya masih tetap, dan masih menjadi meja
favorit Bayu. Tetapi satu hal yang membuat beda "Tidak ada perempuan yang
ia sayangi disamping Bayu". Ingin sekali dia pindah ke meja lain, tapi dia
tak bisa melupakan kenangan masa lalunya yang menyenangkan dan berakhir menyedihkan.
Irwan memesan kopi susu dan duduk dimeja itu bersama Bayu.
"Wan..." Bayu memulai pembicaran
"Apa?"
"Aku kangen Diandra" Ucapan itu meluncur begitu
saja tanpa Bayu pikirkan.
"Kenapa toh
kamu, Bay? Diandra itu udah lama ninggalin kamu. Udah 6 bulan loh kamu
ditinggal dia, Bay. Udah 6 bulan hidup kamu berantakan"
"Aku juga bingung, Wan"
Pelayan di kantin itu menghampiri Mereka, dan menyimpan kopi
susu hangat yang masih mengeluarkan uapnya dimeja.
Irwan mengucapkan terimakasih pada pelayan itu, yang
diucapkan hanya tersenyum dan kembali ke tempatnya.
"Kamu tuh
aneh, yo. Harusnya, kamu itu udah move on. Bahkan harus move up. Kamu harus udah punya yang
baru. Ndak usah mikirin Diandra terus!" Irwan menyeruput kopi
susunya.
Bayu hanya terdiam, ia menatap kopi susu lalu menatap mata
Irwan.
"Setiap kali aku ke Malioboro, ke kantin, kemana pun.
Aku selalu teringat sama Diandra, Wan. Ibarat dia itu masih selalu
ada disamping ku. Apalagi setiap kali aku masuk kelas, Wan."
Suara ruah-riuh dikantin begitu ramai. Ada yang makan, antre
untuk memesan menu, dan ada juga yang hanya duduk untuk menikmati Wifi.
"Seharusnya, kamu udah jadi fotografer hebat, Bay!
Harusnya, kamu sudah banyak jadwal motret. Coba deh, kamu lupain dia"
"Ndak mudah untuk aku lupain Diandra, Wan. Hubungan ku itu sudah 3
tahun"
"Iya, hubungan 3 tahun lalu kandas karena mementingkan
sebuah nafsu!" Irwan dengan nada sedikit kesal.
"Nafsu opo
maksud mu toh?"
"Iya, nafsu. Diandra itu memutuskan hubungan kalian demi
laki-laki baru yang dia cintai, Bay!"
Tiba-tiba obrolan mereka berhenti sejenak. Bayu membayangkan
rasa sakit yang telah ia rasakan karena dihianati oleh perempuan yang sangat
dia sayangi.
KRIIIING!!!!
Tiba-tiba bel masuk sekolah berbunyi. Membuat pengunjung
kantin keluar dan menuju kelas.
"Yowislah,
aku kekelas dulu ya, Bay. Legowo!"
Irwan seraya menepuk-nepuk punggung Bayu dan beranjak menuju kelasnya.
Bayu masih bingung. Dia berpikir, ada benarnya juga omongan
Irwan itu. Tapi, apapun itu Bayu tetap sulit untuk move on dari Diandra, bahkan move up sekalipun.
Bayu mulai beranjak dari kursinya dan berjalan perlahan
menuju kasir. Lalu membayar kopi susu pesanannya tadi.
Perlahan, dia meninggalkan kantin. Sosok Diandra yang ada dipikirannya itu sejenak
menghilang.
Tetapi, kembali lagi. Terbayang lagi dalam pikirannya ketika
dia melihat sebuah pintu kelas yang bertuliskan "XI IPA 6".
Dikelas itulah, Diandra ada. Kelas itu juga yang menjadi
saksi saat Bayu menembak Diandra. Dan dikelas itu juga Diandra menyatakan 'putus' pada Bayu.
***
Bel sekolah berbunyi. Menandakan kegiatan belajar-mengajar
berakhir.
Bayu menyusuri lorong sekolah dengan perlahan seraya
memasang earphone ditelinganya yang dihubungkan
dari handphone miliknya.
"Woy, Bay!" Irwan menghampiri Bayu.
"Kamu lagi" Sahut Bayu seraya mengecek volume
musik dihandphone nya. "Kok ini ndak idup ya, Wan?"
"Apanya?" Tanya Irwan
"Ini, earphone
ku."
"Kamu kurang neken
kali masangnya" Irwan seraya membenarkan earphone yang dipakai Bayu.
"Oh..." Bayu mengangguk-anggukan kepala.
"Udah idup?"
"Udah, Wan. Thanks,
ya"
"Eh, liat itu didepan!" Irwan menunjuk seseorang
yang sedang duduk di kursi taman sekolah.
"Ada apa?" Bayu mengalihkan pandangannya ke sudut
yang ditunjuk Irwan.
"Itu bukannya Diandra?"
"Kalo iya pun, apa pentingnya buatku?"
"Ya barangkali sampeyan
pengen balikan lagi. Hahaha" Irwan tertawa terbahak-bahak.
"Ngga, Wan. Ngga akan" Jawab Bayu.
Obrolan mereka berhenti sejenak sampai akhirnya langkah
mereka terhentikan.
"Bayu!" Suara seorang perempuan, dari arah belakang.
Bayu membalikan badannya untuk melihat siapa yang
memanggilnya.
"A......" Bayu gugup.
Tiba-tiba masa lalu itu kembali lagi, datang lagi dipikiran
Bayu. Bayu semakin sulit untuk melupakan kenangan itu. Bayu sudah tidak bisa
mengelak perasaan dan pikirannya lagi. Apalagi, saat ini Diandra berada dihadapannya.
"Aku kangen kamu, Bay" Diandra seraya memeluk erat tubuh Bayu.
Tak ada yang bisa Bayu ucapkan. Ia hanya terdiam membiarkan Diandra memeluknya. Mencoba menahan serbuan
adegan-adegan kenangan yang sejak tadi menyerang benaknya. Perlahan, Bayu
melepaskan pelukan itu.
"Maaf ya, Bay"
"Maaf kenapa?"
"Aku nggak tahu lagi harus ke siapa. Yang terlintas
dipikiran cuma kamu, kamu, dan kamu"
Irwan hanya terdiam tak bicara sepatah kata pun. Ibarat dia
sedang menonton ftv. Sebetulnya, dia tahu pasti perasaan yang dialami Bayu.
Tapi, dia membiarkan Bayu untuk berbicara langsung pada mantannya itu.
"Aku udah maafin kamu sejak lama," Ujar Bayu.
Diandra tersenyum lebar.
Bayu mengalihkan pandangannya ke sudut sekolah lainnya. Dia
tidak bisa menahan perasaannya, antara sayang dan pedih. Semua itu bercampur dalam
pikirannya.
"Aku masih sayang sama kamu."
"Diandra...." Bayu menghela nafas
berat. "Mungkin lebih baik kita menjadi orang asing, yang nggak pernah
kenal dan nggak pernah menyakiti."
"Kamu masih sayang Aku, Bayu. Aku yakin itu"
"3 tahun, Di. 3 tahun hubungan yang kita ukir.
Itu bukan waktu yang singkat. Tapi semuanya kandas, karena kamu......"
Bayu tak bisa meneruskan perkataannya.
"Karena aku jadian sama orang lain!" Diandra meneruskannya.
Bayu tak menjawab lagi. Dia membuang pandangannya dari
tatapan Diandra. Sementara, Irwan hanya menepuk-nepuk punggung Bayu.
"Terus, kamu mau apa?" Tanya Bayu dengan
mengalihkan kembali pandangannya ke Diandra.
"Aku mau....." Diandra menghela nafas. "Kita
melanjutkan hubungan kita, Bay"
"Kamu telat, Di" Jawab Bayu, pelan.
"Telat? Kamu udah punya yang lain?"
"Belum...."
"Terus, telat kenapa?"
Bayu menatap tajam mata Diandra.
"Kamu telat! Aku sudah sangat sakit hati, Di."
Diandra hanya terdiam tak melanjutkan
pembicaraan itu. Dia menatap Bayu dengan meneteskan air mata.
Bayu tahu betul, Diandra sering meneteskan air mata. Air
mata sudah menjadi alat bagi Diandra. Itu bukan hal yang langka lagi.
Bayu tidak akan tertipu lagi dengan air matanya.
"Maaf kan aku, Di. Aku ngga bisa melanjutkan hubungan
kita. Aku... Aku harus fokus untuk cita-cita aku, menjadi fotografer"
"Aku ngerti kok. Kalau emang itu pilihan terbaik kamu.
Aku nerimanya dengan ikhlas, Bay."
"Udah ya, kamu jangan nangis lagi. Malu" Bayu
mencoba menenangkan Diandra.
"Wis, wis. Kalau kalian ngga mau balikan lagi.
Lebih baik kalian menjadi teman. Jangan sampai kalian mejadi musuh." Irwan
mendamaikan mereka.
"Sekali lagi maafin aku ya, Bay"
"Iya, maafin aku juga ya, Di"
Perasaan Bayu mulai tenang, begitu pula dengan pikirannya.
Masa lalu yang dialami mereka memang sangat menyenangkan. Tetapi, berakhir
dengan menyedihkan. Menyimpan luka dalam yang tak mudah untuk disembuhkan.
Bayu berharap, Diandra menjadi yang terbaik untuk orang
lain yang akan mengisi ruang hatinya.
Sementara dirinya tidak akan mencari yang baru sebelum
cita-citanya tercapai.
Bayu selalu menyimpan teguh prinsipnya setelah kejadian itu;
lupakan, lupakan, dan sembuhkan!
Sumber: http://sobatebot.blogspot.com/2013/12/kenangan-di-jogja.html
Posting Komentar